Tulisan diatas ditulis di tahun 2017 dan lagi-lagi disimpan sebagai draft. Kenapa? Karena takut. Takut dihujat, takut diejek-ejek, dan semacamnya. Aku sudah mulai nulis blog sejak aku berumur sekitar 8 tahun. Saat itu aku orangnya pede banget. Aku dengan santainya nulis macam-macam, cerpen, puisi, pantun dan mempublishnya entah di facebook atau semacamnya. Ga takut salah, karena mikirnya, namanya juga masih belajar. I was so proud of myself back then.
Lalu semakin aku tumbuh besar, aku jadi sering takut. Aku jadi sangat peduli dengan pandangan orang-orang. We are all, aren't we? Lalu ujung-ujungnya jadi takut mau ngapa-ngapain. Memang kebiasaan yang paling ga enak itu ya terlalu mikirin pandangan orang. Tapi lama-lama aku sadar juga, kalau aku gini terus, semua yang aku pikirkan di kepala bakal terus-terusan ada disitu. Pilihannya ya kalau gak jadi kepikiran terus, bakalan lupa terus jadi percuma.
Menurutku, papaku adalah orang yang paling selow abis. Ga peduli pandangan orang-orang dan kadang-kadang ga ada malunya (Hahahah maaf pa tapi itu memang fakta). Terkadang, papa ngelakuin sesuatu yang random. Misalnya, waktu itu aku masih SMP. Aku ikut lomba yang ada seminarnya juga di luar kota ditemani papa. Disana banyak anak dari kota-kota lain ngumpul juga. Pagi-pagi sebelum sesi seminar dimulai, sambil menunggu pembicara datang, kami duduk dengan tenang di kursi masing-masing dan sibuk ngobrol dengan teman-teman baru. Adem, ayem, tenang. Tidak ada tanda-tanda apapun. Tiba-tiba, papa naik keatas panggung, lalu menyapa "Selamat pagi semuanya! Apa kabar?". Banyak yang kaget dong kok tiba-tiba ada bapak-bapak random di panggung. Mungkin banyak yang mengira papa itu pembicaranya. Habis menyapa semuanya, papa langsung ngeluarin hp dan memfoto kami semua. Lalu langsung turun. Saat itu aku penasaran, ini anak-anak lain mikirin apa ya? Kalau aku ngelakuin hal itu aku pasti langsung malu banget. Tapi ternyata semuanya ga masalah tuh. Senang-senang aja. Meramaikan suasana juga. Jadi aku ini kebanyakan mikir sebenarnya.
Tiap kali aku terlalu mikirin pandangan orang, papa dan mama selalu bilang,
Menurutku, papaku adalah orang yang paling selow abis. Ga peduli pandangan orang-orang dan kadang-kadang ga ada malunya (Hahahah maaf pa tapi itu memang fakta). Terkadang, papa ngelakuin sesuatu yang random. Misalnya, waktu itu aku masih SMP. Aku ikut lomba yang ada seminarnya juga di luar kota ditemani papa. Disana banyak anak dari kota-kota lain ngumpul juga. Pagi-pagi sebelum sesi seminar dimulai, sambil menunggu pembicara datang, kami duduk dengan tenang di kursi masing-masing dan sibuk ngobrol dengan teman-teman baru. Adem, ayem, tenang. Tidak ada tanda-tanda apapun. Tiba-tiba, papa naik keatas panggung, lalu menyapa "Selamat pagi semuanya! Apa kabar?". Banyak yang kaget dong kok tiba-tiba ada bapak-bapak random di panggung. Mungkin banyak yang mengira papa itu pembicaranya. Habis menyapa semuanya, papa langsung ngeluarin hp dan memfoto kami semua. Lalu langsung turun. Saat itu aku penasaran, ini anak-anak lain mikirin apa ya? Kalau aku ngelakuin hal itu aku pasti langsung malu banget. Tapi ternyata semuanya ga masalah tuh. Senang-senang aja. Meramaikan suasana juga. Jadi aku ini kebanyakan mikir sebenarnya.
Tiap kali aku terlalu mikirin pandangan orang, papa dan mama selalu bilang,
"Always do what you love. The truth is, no one really cares. They're busy thinking about themselves"And that's right. Sejak itu, aku mulai ga takut ngapa-ngapain. Aku mulai ngelakuin hal-hal yang aku suka lagi. Karena serius, semua orang sebenarnya sibuk ngurusin urusannya masing-masing. Ini kutipan yang aku suka sekali, from the most unique human being ever,
If you have an over-preoccupation with perception and trying to please people’s expectations, then you can go mad. – Benedict Cumberbatch
Oh, and here's some of unnecessary facts about me :
- I'm 15
- Asking me if I like reading is like asking me if I like breathing
- I love anything related to mysteries, horror, conspiracies, riddle, etc.
- Sadly I'll just admit that not a day goes by that I don't wish I weren't a muggle.
- I love food (who doesn't)
So that's all. Thank you for your attention. Oh and Ramadhan is the month of forgiveness, so I'm sorry if I did anything wrong. May this ramadhan bring you bring you the utmost in peace. Aamiin. Talk respectfully, treat others kindly, walk modestly and pray sincerely.
Bye!
